PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT - Persyarikatan Muhammadiyah

 PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT
.: Home > Artikel

Homepage

TUGAS-TUGAS MUHAMMADIYAH

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
03 Agustus 2018 17:06 WIB
Dibaca: 1638
Penulis : Dr. Ikhsanudin, M.Hum.

 

Konteks Lebih seratus tahun yang lalu, dalam kehidupan rakyat Yogyakarta yang ditindas dan dimiskinkan oleh penjajah dan umat Islam dibodoh-bodohi oleh para pemuka agama, Ahmad Dahlan tampil mendirikan pergerakan yang bernama Muhammadiyah. Tentangan luar biasa berat datang dari pelbagai kalangan, termasuk dari kalangan kiyai yang terusik oleh cara berdakwah Dahlan muda yang mampu mencerahkan umat kala itu. Suasana batin dan sosial yang melingkupi perjuangan Dahlan muda dipotret dengan baik oleh Hanung ke dalam Film “Sang Pencerah”.

 

Dalam usia yang matang kini organisasi tersebut telah berkembang sampai ke pelbagai pelosok tanah air dan pelbagai penjuru dunia. Amal usahanya telah sedemikian banyak dan diminati masyarakat. Perguruan tingginya 176 dan sekolahnya belasan ribu. Belum lagi rumah sakit, klinik, majelis taklim, panti asuhan, dan amal-amal usaha lain yang jumlahnya fenomenal. Semua milik organisasi dan dikelola oleh organisasi.

 

Hingga saat ini tidak ada organisasi keagamaan di muka bumi ini yang memiliki amal usaha sebesar itu kecuali Muhammadiyah; meskipun kalangan wartawan sering menyebutnya “organisasi Islam terbesar nomor dua di Indonesia”. Dengan kebesaran yang disandangnya, Muhammadiyah mengemban amanah yang amat besar, berat, dan kompleks. Amanah tersebut meliputi tugas-tugas kemanusiaan, kebangsaan, keumatan, dan keorganisasian.

 

Tentu saja tugas-tugas tersebut bukan monopoli amanah bagi Muhammadiyah tetapi juga amanah bagi setiap insan yang merasa bertanggungjawab atas kebaikan kehidupan bersama. Muhammadiyah hanya terpanggil menunaikan tugas-tugas tersebut sebagai ekspresi keberagamaan yang diyakini para pendiri, pimpinan, dan anggotanya. Tugas Kemanusiaan Tugas-tugas kemanusiaan dijalankan sejak Muhammadiyah baru menjadi embriyo dan terus diemban sampai kini dan seterusnya.

 

Tugas yang paling dasar adalah mencerahkan manusia, yaitu mengentaskan manusia dari kebodohan dan kejumudan berpikir. Dari pangkal tugas tersebut muncul tugas-tugas kemanusiaan lain, yaitu: membebaskan, menyejahterakan, memberdayakan, dan meluruskan. Sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi, manusia harus mampu memahami dirinya dan posisinya terhadap Sang Pencipta serta terhadap manusia lain dan alam semesta.

 

Dengan demikian, manusia dapat bertindak benar dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia lain dan alam semesta seraya tetap menghamba secara terhormat kepada Sang Pencipta dan benar-benar hanya kepada Sang Pencipta. Setiap anak manusia adalah pribadi yang bebas. Namun, kebanyakan manusia hidup terbelenggu, baik dibelenggu pihak lain maupun terbelenggu diri sendiri. Orang-orang yang sudah tercerahkan harus segera membebaskan diri atau dibebaskan. Setiap manusia yang cerah dan bebas akan bertindak sesuai kehendak yang tercerahkan, bukan dipaksa atau dibodoh-bodohi orang lain. Orang-orang yang tercerahkan tidak akan mau ditindas maupun menidas. Setelah tercerahkan dan bebas, manusia harus disejahterakan dan diberdayakan.

 

Untuk mencegah perbuatan munkar, tugas Muhammadiyah berikutnya adalah meluruskan kembali keyakinan dan perbuatan manusia. Tidak bisa tidak, amar makruf (ajakan berbuat baik) harus diimbangi dengan nahi munkar (pencegahan kejahatan). Tugas Kebangsaan Muhammadiyah lahir sebelum kelahiran Republik Indonesia, yang disepakati sebagai negara bangsa (nation state). Di samping aktif dalam menunaikan tugas-tugas kemanusiaan di atas, Muhammadiyah juga aktif dalam pergerakan kemerdekaan bersama komponen masyarakat lain pada kala itu – turut mendirikan NKRI. Bukan hanya untuk memerdekakan tetapi juga untuk memersatukan.

 

Sila pertama dalam Piagam Jakarta “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yang menurut opsir Kaigun (Angkatan Laut Jepang) dipermasalahkan oleh wakil-wakil Protestan dan Katolik yang berada dalam daerah kekuasan AL Jepang kala itu. Pimpinan Muhammadiyah, yaitu Ki Bagus Hadikusumo dalam Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 18 Agustus 1945 mengajak kalangan muslim untuk sila tersebut menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Penghilangan tujuh kata tersebut sampai kini tetap dinilai sebagai pengorbanan terbesar umat Islam untuk bangsa ini, lebih besar ketimbang sekadar mengorbankan darah dalam perjuangan merebut dan memertahankan kemerdekaan – demi kesatuan bangsa. Meskipun berat, tugas menjaga kesatuan bangsa harus terus dipikul oleh Muhammadiyah bersama tugas-tugas kebangsaan yang lain, seperti: memberdaulatkan, memakmurkan, mengharumkan, dan meluruskan.

 

Amanat kemerdekaan yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi acuan Muhammadiyah dalam tugas-tugas kebangsaan di atas. Termasuk di dalamnya adalah kewajiban Muhammadiyah untuk meluruskan penyelenggaraan negara agar menjalankan pemerintahan sesuai dengan amanat kemerdekaan tersebut. Langkah-langkah Muhammadiyah dalam memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme belakangan ini terus mengemuka. Termasuk juga sikap kritis Muhammadiyah terhadap ketakseiringan antara pembangunan sistem ekonomi dan karakter bangsa pada satu sisi dengan amanat kemerdekaan pada sisi lain.

 

Langkah-langkah tersebut perlu dihayati oleh para kader Muhammadiyah dan dipahami pihak lain sebagai bagian tak terpisahkan dari “takdir” kelahiran Muhammadiyah yang ditujukan untuk terciptanya: "suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun" seperti disebutkan dalam Muqaddimah Anggaran Dasarnya. Tugas Keumatan Sebagai bagian dari umat Islam, Muhammadiyah tidak mungkin terlepas dari tugas-tugas keumatan. Hal pertama dalam membina umat adalah memelihara dan meningkatkan kohesi internal: silaturahim. Tugas ini sering dikacaukan oleh kepentingan politik para elite. Bagaikan meluruskan kaca bengkok, dibiarkan tetap bengkok tetapi jika gegabah kaca akan pecah. Kader Muhammadiyah harus memiliki nafas panjang dan sebaran yang tinggi dalam membina keutuhan umat dan jamaah besar di tengah-tengah hiruk pikuk praktik politik murahan (baca: politik kotor).

 

Membina kedua hal tersebut harus menjadi salah satu ideologi penting dalam berdakwah. Secara eksternal Muhammadiyah harus mampu menjaga dan meningkatkan kehormatan (marwah) umat Islam dan sekaligus membangun semangat toleransi di antara para pemeluk agama yang berbeda. Kehormatan umat bukan diupayakan dengan petantang-petenteng pamer kekuatan dan merendahkan umat lain. Yang diutamakan justeru dengan mengekspresikan akhlak mulia dan kemampuan menghargai orang lain dalam kesetaraan. Kehidupan bersama yang dicontohkan Muhammad SAW dalam membangun Kota Madinah harus menjadi rujukan. Umat Islam amat menghargai perbedaan dan tetap melindungi hak-hak minoritas. Justeru akhlak itu yang membuat agama ini besar dalam asuhan Muhammad dan generasi sesudahnya.

 

Tugas keumatan yang lain adalah mengupayakan kesejahteraan umat sehingga tangan umat Islam selalu di atas. Dengan kesejahteraan yang tinggi umat Islam menjadi solusi bagi kesulitan masyarakat umum atau orang lain. Dengan kesejahteraan pula umat Islam akan dapat berhubungan dengan umat lain dan dengan negara dengan kepercayaan diri dan santun. Sikap kasar dan memberontak pada umumnya ditimbulkan oleh kecemburuan pribadi dan sosial. Tugas Keorganisasian Tugas-tugas di atas tidak akan dapat dikerjakan dengan baik jika organisasi tidak terbina.

 

Untuk membina organisasi, Muhammadiyah lekat dengan empat status yang sering disebut-sebut dalam pelbagai kesempatan, yaitu: organisasi, persyarikatan, pergerakan, dan jamaah. Di dalam organisasi ada banyak unsur, ada juga pola hubungan antarunsur, dan tujuan. Sebagai organisasi besar dan kompleks, Muhammadiyah memiliki aneka unsur dan pelbagai pola hubungan. Karena mayoritas unsur yang ada adalah manusia yang bebas, Muhammadiyah diliputi bermacam kehendak. Jalan yang paling benar untuk mengatasinya adalah upaya yang tak kenal lelah dalam memerbaiki bentuk organisasi dan dalam mendisiplinkan manusia-manusia yang ada di dalamnya. Banyak organisasi yang tidak lulus menghadapi permasalahan organisasinya sendiri. Prestasi Muhammadiyah dalam urusan ini hendaknya dihayati oleh para kader dalam menjalankan tugas mengurus organisasi.

 

Sebagai persyarikatan, Muhammadiyah adalah kumpulan manusia yang di dalamnya ada aset atau harta yang harus diurus: amal usaha dan wakaf. Salah satu penyebab kejatuhan manusia adalah harta. Filosofi yang tidak boleh ditinggalkan oleh Muhammadiyah dalam mengurus harta adalah bahwa harta harus diputar atau digerakkan dan diberdayakan untuk kemaslahatan umat manusia. Manusia yang mengurus dan berhak atas aset tersebut harus ditentukan oleh organisasi dalam semangat jamaah. Individu memang penting tetapi kemaslahatan umat lebih penting. Ajarannya bukan sosialisme tetapi semangat bersedekah dan berkurban untuk menolong orang lain. Yang terpenting di antara yang penting adalah bahwa Muhammadiyah adalah jamaah dan pergerakan sekaligus.

 

Adanya organisasi dan persyarikatan Muhammadiyah karena adanya jamaah yang memiliki cita-cita dan terus begerak mencapai cita-cita tersebut. Pencapaian cita-cita dilakukan dalam gerakan yang penuh kebersamaan dalam semangat ukhuwah. Yang terakhir ini harus dipegang teguh oleh segenap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah sebagai kekuatan utama setelah kekuatan keyakinan kepada Allah SWT.

 

Penutup:

 

Muhammadiyah dan Politik Godaan politik kekuasan telah terbukti meruntuhkan banyak organisasi kemasyarakatan, termasuk yang secara fisik masih ada tetapi menjadi tidak fokus pada gerakannya. Agar Muhammadiyah tetap fokus pada tugas-tugas utamanya, godaan politik kekuasaan harus dikesampingkan. namun, Muhammadiyah tidak anti politik dan tidak buta politik. Karena kepahamannya pada kecenderungan politik, Muhammadiyah memilih politik kebangsaan, yaitu menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa Indonesia. Hubungan dengan pelbagai kekuatan politik dijaga dengan jarak kedekatan yang sama karena bagaimanapun mereka adalah kekuatan bangsa juga.


Tags: Muhammadiyah

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website